Saturday, January 19, 2013

Sedekah dalam Al Baqarah

Bermula dari chat seorang sahabat bernama Nisa, dan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini timbul tenggelam di alam bawah sadar, dan pula kami sudah mulai memiliki penghasilan sendiri. Kebingungan,...bagaimana sejatinya konsep bersedekah. Sepanjang perjalanan ke sekolah, kuliah bahkan kerja, sederet peminta-peminta, penjual koran dan barang-barang yang tak tepat sasaran, berjejer di sepanjang jembatan dan ruas jalan. Hati kecil pasti merasa, 
"seandainya saya kaya, saya mau kasih ke setiap peminta-peminta dan penjual-penjual tsb bahkan dengan nominal lebih besar." 
"seandainya saya kaya, saya bisa beli semua koran yang ibu-ibu itu jual."
"seandainya saya kaya,...."

Lebih-lebih lagi saya sekarang di Jakarta. Dulu di kota kampung saya, Surabaya jauh lebih sedikit peminta-peminta daripada di ibukota. Di Surabaya sepanjang perjalanan saya sangat ingat beberapa penjual yang saya suka perhatikan. "Seorang ibu berjualan Kompas dan beberapa tabloid di lampu merah Tenggilis, anak remaja yang berjualan Radar Surabaya di lampu merah Semolowaru, anak kecil berjualan Sindo di lampu merah Kertajaya, nenek tua renta berjualan Surya di lampu merah Klampis, seorang bapak berjualan map Surabaya, helikopter mainan, buku Gurita Cikeas, apalah yang tak tepat sasaran di lampu merah Nginden, dan seorang ibu yang cacat kakinya terseok-seok berjualan Jawa Pos dan beberapa tabloid di lampu merah Jemursari. Ada pula para polisi cepek yang ikhlas gak ikhlas membantu kita memperlancar lalu lintas." Rutinitas sehari-hari yang memelas hati. 

Bagiku mereka semua kaya karena tak pernah minta-minta.
"berinfaqlah kamu kepada orang fakir yang berjihad di jalan Allah. Mereka kaya karena mereka menjaga diri dari meminta-minta. Kamu mengenal mereka dari sifat-sifatnya. Mereka tidak meminta-minta kepada orang dalam keadaan terdesak." (QS. 2:273)

Kemudian saya hijrah ke Jakarta, tepatnya Maret 2012. Semenjak saya kos di tempat saya sekarang, saya selalu mau tidak mau melewati jembatan busway Bendungan Hilir untuk dapat mencapai kantor dekat pintu air Krukut, di seberang jalan. Saya mau tidak mau, hafal para penjual dan peminta-minta di sana. Jauh lebih tidak tertib daripada di Surabaya. Instinct Environmental Engineer saya terbesit," seharian di sini, pipis/boker di mana?", karena ada yang membawa anak-anak kecil dan bayi mereka untuk meminta-minta. Dulu ada 5 pengemis di situ, sekarang bertambah 2-3 pengemis. Hhh...kalo ini saya gak tau deh. Sempet shock liat kondisi Jakarta, banyak orang-orang berdasi, jas, heels, tetapi pengemis, peminta-peminta, pengamen, dan penjual jalanan tidak kalah banyaknya. Tapi ada satu nenek yang menarik hatiku. Biasanya beliau keliling di kantin luar kantor. Nenek ini punya katarak tapi dia jualan peyek dan peyeknya enak banget meski gak bisa dibilang murah. Peyek terenak yang aku pernah makan. Mungkin karena isinya gak cuma tepung, kacang, teri, tapi juga do'a dari si penjual. 10ribu satu bungkus tapi aku senang membelinya, karena nenek ini menjual dengan senyum meski tidak mengenali uang-uang kertas yang kami berikan. Selalu bertanya,"nak, ini berapa uangnya ya?" Meski tak kami beli beliau juga masih senyum. Kemudian setiap yang membeli peyeknya, beliau selalu memberi senyuman dan do'a panjaaaaaang dan terima kasih karena uang ini buat dia operasi katarak. Tapi sudah berbulan-bulan beliau tidak berjualan. Kami mendo'akan beliau sehat-sehat saja dan mungkin punya sasaran pasar baru yang lebih baik. (Amiiin..)

*cling...tiba-tiba saya ingat post saya pada bulan Mei, 2011 tentang Penjual Bakso.

Saya dan Nisa ini saling menggali sedekah yang bagaimana yang baik...kadang pilih-pilih, dilihat sekiranya yang sudah tua renta dan tak bisa apa-apa atau pengamen yang diprioritaskan kita sisihkan. Kemudian seiring berjalannya waktu dan sepanjang jalan pikiran tetap berkecamuk. Pada suatu waktu, aku memantapkan diri untuk mengkhatamkan Al-Qur'an beserta artinya. Benar-benar menyimak dan memahami isinya. Ini hidayah baru (2012), yang telat aku sadari, setelah hidayah berjilbab pada hari akhir les primagama SMP (2004). 8 tahun...hahaha. Wah, kebangetan yaa...kemudian di sinilah, di kitab suci dan petunjuk inilah aku menemukan kedamaian karena beberapa pertanyaan hidup terjawab dari sini. Salah satunya mengenai sedekah.

"Pokok-pokok kebajikan salah satunya adalah memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta dan hamba sahaya." (QS.2:177)

"Hai orang-orang beriman, nafkahkanlah sebagian dari usahamu (yang baik-baik) dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan, sedangkan kamu sendiri enggan mengambilnya. Ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya." (QS.2:267)

(Ayat 267 ini membuat saya tersentak. Saya ternyata masih perlu banyak belajar ikhlas lagi!!)

Satu cerita, saya suka sensi jika melihat media yang mengenai artis-artis, petinggi-petinggi, perusahaan-perusahaan, dengan acara yang konsepnya wah mulai dari dekorasi, baju-baju tamunya, mengatasnamakan acara charity. Why not hiding them atau don't boast it in media. Atau ketika seorang teman A berkata, bahwa dia memberikan sesuatu kepada teman B tsb dan suatu ketika teman B yang dia beri kebaikannya itu tidak menjadi temannya lagi. Maka teman A ini nyeletuk, "Wah, gak tau terima kasih. Gak tau apa dulu saya ngasih apa-apa sama dia. Sekarang liat itu tingkah lakunya." (eh, tapi saya pernah ding seperti ini tapi bukan dalam bentuk harta, jadi introspeksi juga buat saya.)

Kemudian ayat-ayat ini ..
"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutkannya dan menyakiti hati si penerima. Seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya'." (QS.2:264)

"Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS.2:271)

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malah dan siang hari secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi-Nya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati." (QS.2:274)

Satu waktu lagi, Nisa bercerita mengenai tetangganya yang menentang hukum sedekahnya karena takut miskin dan malah banyak berhutang yang katanya untuk anak-anaknya sekolah, padahal kondisi mereka mampu jika mereka mau berpikir. Nisa bertanya kepadaku, "Bagaimana itu...Apakah aku salah?"

Akupun mana tahu, kemudian aku membaca ayat-ayat ini..
"Dan jika orang berhutang dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan sebagian atau semua hutang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS.2:280)

"Syaitan menakut-nakutimu dengan kemiskinan supaya kamu menjadi kikir sedangkan Allah menjanjikanmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas KaruniaNya. (QS.2:268)

Lalu kami saling bercerita mengenai the power of sedekah. Sedekah bisa melancarkan segala rutinitas hari itu. Jika Allah ngasih langsung karunianya ya...dan hal itu kadang lupa kita sadari. Salah satunya kejadian sederhana kali ini.

Suatu waktu karena suatu kondisi yang mengharuskanku ke dokter ahli di daerah Monas. Sebelum berangkat, seseorang memintaku akan kebutuhannya, kemudian aku berikan. Buatku hari itu tidak spesial dan biasa saja. Semua orang pasti akan mengalami hal ini. Hari cerah sekali padahal musim hujan, perjalanan ke tempat tujuan yang aku sebenarnya tidak mengetahui itu di mana berjalan sangat lancar. Saya sampai di tujuan menggunakan busway dan ojek yang ternyata tidak seberapa mahal padahal perjalanan lumayan jauh (dibandingkan dengan ojek-ojek di kos). Test kesehatanpun berjalan dengan baik. Tak sakit (saya penakut dengan dokter dan jarum suntik). Lalu saya harus kembali ke terminal busway tanpa ojek. Langkah saya diringankan dan panas terik tidak menggangguku. Aku harus menyeberang jalan besar, tidak tahu jalan apa. Saya sangat takut dan di seberang ada orang buta yang ingin menyeberang. Di sela ketakutan kami muncullah pengendara motor yang sangat berani menghadang semua kendaraan-kendaraan besi beroda empat yang berkecepatan 60 km/jam tidak ada toleransi ingin menerobos kami. Mereka mengerem mendadak. Mungkin yang di dalam mengumpat. Kami pun menyeberang dengan selamat. Terima kasih kepada Mas Gagah. Siapapun kamu. Allah kasih kebaikan lewat wujudmu.

Segala kejadian tak ada kebetulan kan? Maktub. We met people for a reason. They cross our path for a reason. I met him for a reason. Aktivitas lancar jaya. Hindari keraguan dalam bersedekah, kapanpun, di manapun. Ucapkanlah do'a-do'a sebelum bersedekah semoga harta ini digunakan untuk kebaikan sehingga bukan setan yang ambil alih. Sedekah melatih kita dalam mengikhlaskan sesuatu. Mengikhlaskan yang dicintai. Apapun bentuknya. Sedekah buat saya pribadi tak hanya dalam harta, tapi juga sikap terhadap sesama atau makhluk hidup lainnya. Karena dengan sedekah kecil Anda bisa beranak pinak membantu banyak orang. Seperti dalam salah satu novel kesukaanku karya Mitch Albom, Seven People You Meet in Heaven.  Sekian semoga ilmu yang saya share bisa bermanfaat. "We're not only getting older, we're getting better."

"Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, tiap-tiap bulir terdapat seratur biji. Allah melipatkan ganjaran kepada yang dikendaki." (QS.2:261)