Wednesday, January 29, 2020

Yang Tak Kembali


"Apakah engkau pernah memeluk seseorang yang sedang merebut kebahagiaanmu, dengan senyum hangat dan ucapan terima kasih, karena engkau tak ingin kalah dengan kesedihan dan kesengsaraan ?"

Monday, January 27, 2020

Oftalmopati Graves Autoimun


Pengertian
Penyakit Graves adalah salah satu jenis gangguan pada sistem kekebalan tubuh ( autoimun ) yang menjadi penyebab umum hipertiroidisme atau produksi hormon tiroid berlebih. Pada penderita Graves, sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh malah menyerang kelenjar tiroid (autoimun). Hal ini membuat kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh.

Penyebab
Belum ada teori yang secara jelas dapat menjelaskan terjadinya autoimun ini.

Faktor Risiko
Faktor risiko penyakit graves, antara lain:
  • Jenis kelamin. Wanita lebih berisiko terserang penyakit Graves dibanding pria.
  • Usia. Penyakit Graves lebih sering terjadi pada orang berusia di bawah 40 tahun.
  • Genetik. Riwayat penyakit Graves dalam keluarga dapat menyebabkan anggota keluarga tersebut menjadi lebih rentan terserang penyakit Graves.
  • Menderita penyakit autoimun lain. Memiliki penyakit autoimun lain seperti diabetes tipe 1 atau rheumatoid arthritis juga berisiko menimbulkan penyakit Graves pada orang tersebut.
  • Stress secara emosional atau fisik. Sakit atau peristiwa yang menyebabkan stress, dapat turut memicu penyakit Graves pada orang dengan gen yang rentan terhadap penyakit ini.
  • Merokok. Merokok dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Bagi perokok yang sedang menderita penyakit Graves, akan semakin berisiko terkena Graves oftalmopati.
  • Kehamilan. Kehamilan atau kondisi pasca persalinan pada perempuan dengan gen yang rentan, dapat meningkatkan risiko terserang penyakit Graves.

Gejala
Sejumlah gejala umum yang muncul pada penyakit Graves adalah:
  • Pembesaran kelenjar tiroid (goiter)
  • Tremor pada tangan atau jari tangan
  • Palpitasi jantung (jantung berdebar)
  • Disfungsi ereksi (impotensi)
  • Gairah seks menurun
  • Perubahan pada siklus menstruasi
  • Kehilangan berat badan tanpa kehilangan nafsu makan
  • Suasana hati yang mudah berubah
  • Sulit tidur (insomnia)
  • Diare
  • Rambut rontok
  • Mudah lelah, lemas, tidak bertenaga
  • Sensitif terhadap udara panas
  • Konsentrasi menurun
Gejala Graves Oftalmopati terjadi akibat peradangan atau gangguan pada sistem imun, yang mempengaruhi otot dan jaringan di sekitar mata. Gejalanya antara lain:
  • Mata menonjol (exophthalmos)
  • Mata terasa kering
  • Tekanan atau rasa sakit pada mata
  • Kelopak mata membengkak
  • Mata memerah yang bisa diakibatkan oleh peradangan
  • Sensitif terhadap cahaya
  • Penglihatan ganda dari satu objek (diplopia)
  • Kehilangan penglihatan

Diagnosa
Diagnosis penyakit Graves diawali dengan menanyakan gejala yang timbul serta riwayat penyakit yang pernah diderita. Dokter akan memeriksa denyut nadi dan tekanan darah, serta melihat tanda-tanda tremor. Dokter juga akan memeriksa kelenjar tiroid di leher, untuk memeriksa apakah terjadi pembesaran. Beberapa tes lain yang dapat dijalankan adalah:
  • Tes darah. Dokter akan melakukan tes darah untuk mengecek kadar hormon tiroid, dan kadar hormon hipofisis atau pituitari yang mengatur produksi hormon dari kelenjar tiroid, yaitu TSH (thyroid-stimulating hormone). Penderita Graves memiliki level TSH yang lebih rendah dari batas normal, serta level hormon tiroid yang lebih tinggi.
  • Tes serapan yodium radioaktif. Yodium diperlukan oleh tubuh dalam membuat hormon tiroid. Sehingga dalam pemeriksaan ini akan menggunakan bantuan zat yodium radioaktif dan melihat kadarnya di kelenjar tiroid melalui kamera khusus. Dokter akan memberi sedikit yodium radioaktif dan mengukur kadarnya di kelenjar tiroid. Pemeriksaan ini akan membantu dokter menentukan apakah hipertiroidisme disebabkan oleh penyakit Graves atau oleh penyakit lain.
  • Tes pencitraan. Tes pencitraan dilakukan untuk melihat pembesaran pada kelenjar tiroid. USG dapat menjadi pilihan bagi pasien yang tengah hamil. Bila diperlukan, dokter akan menjalankan tes pencitraan lain, seperti CT scan atau MRI.

Pengobatan
     Perlu diketahui, bahwa keberhasilan pengobatan Graves oftalmopati tidak selalu sejalan dengan keberhasilan pengobatan penyakit Graves itu sendiri. Gejala Graves oftalmopati bisa memburuk dalam 3-6 bulan, dan bertahan hingga setahun, kemudian mulai membaik.
     Pada kasus Graves oftalmopati ringan, penanganan cukup dengan pemberian air mata buatan dan pelumas, yang bisa diperoleh di apotek. Sedangkan pada kasus yang lebih parah, dokter dapat memberikan obat kortikosteroid atau menyarankan penggunaan kacamata prisma, tindakan radioterapi, hingga prosedur bedah. Metode pengobatan tersebut bertujuan untuk mengurangi pembengkakan dan gangguan penglihatan.
     Untuk penanganan di rumah, penderita penyakit Graves bisa melakukan beberapa hal, seperti makan dan latihan secara teratur, serta mengelola stres dengan baik. Pada kasus Graves oftalmopati, pasien bisa menggunakan kacamata hitam, memberi kompres dingin di mata, memberi tetes mata, meninggikan bagian kepala jika hendak tidur, dan berhenti merokok agar gejala tidak memburuk. Sedangkan untuk Graves dermopati, pasien bisa menggunakan salep kortikosteroid, disertai kompres untuk mengurangi pembengkakan.

Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier
Pencegahan primer oftalmopati Graves (OG) ditujukan untuk mencegah kejadian OG dengan penghentian merokok dan mempertahankan kadar hormon tiroid dalam batas normal (eutiroidisme). Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah progresi OG dengan melakukan penghentian merokok, mempertahankan eutiroidisme ditambah pemberian selenium. Sedangkan pencegahan tersier bertujuan mencegah komplikasi dan meminimalisir kecacatan dengan melakukan penghentian merokok, mempertahankan eutiroidisme ditambah intervensi lokal di bagian mata serta pembedahan. Serta upaya pencegahan memerlukan pendekatan holistik yang mempertimbangkan manusia secara utuh baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.

Makanan yang Perlu Dihindari
Berikut ini adalah makanan-makanan yang harus dihindari, yaitu:
  • Produk Susu Maupun Olahan Susu. Penelitian yang telah dilakukan oleh sebagian besar ilmuwan membuktikan bahwa susu dan produk olahannya tidak disarankan bagi pengidap hipertiroid. Pasalnya, dalam susu maupun produk olahan dari susu masih terkandung penisilin yang bisa mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh.
  • Kafein. Kafein yang terkandung dalam minuman kopi atau teh mengandung bahan aktif yang berfungsi sebagai stimulan. Hal ini dapat membuat kinerja kelenjar tiroid semakin meningkat dan mengalami penurunan kondisi kesehatan bagi pengidap kondisi ini.
  • Makanan yang Mengandung Yodium. Yodium merupakan bahan yang mampu meningkatkan kinerja kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroksin. Makanan yang mengandung banyak yodium harus dihindari jika kamu terkena gangguan hipertiroid.
  • Gorengan. Gorengan mengandung minyak dalam jumlah yang besar. Minyak inilah yang merupakan sumber kolesterol tinggi yang akan menjadi pemicu hipertiroid bagi seseorang. Lemak yang melekat pada camilan yang digoreng juga termasuk lemak tidak sehat dan akan meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam darah.
  • Daging Merah. Kandungan lemak jenuh yang tinggi dalam daging merah mengakibatkan gangguan pada keseimbangan hormonal tubuh. Mengganti daging merah dengan ikan akan lebih baik untuk menstabilkan kadar tiroksin. Tidak hanya itu, kelebihan konsumsi daging merah saat kamu mengalami penyakit lain, seperti serangan jantung, diabetes, atau kolesterol, justru akan membuatmu mengalami kesulitan dalam penyembuhan dari kondisi ini.

Sumber :
alodokter
halodoc
sains.kompas