Friday, October 25, 2019

Celebrating Ied Adha 1440 Hijriyah

Ini ketiga kalinya aku bantu-bantu merayakan Idul Adha dengan potong-potong sapi dan kambing. Pertama saat SMA, kedua saat sudah kerja dan bantu potong-potong di rumah tante, dan latest adalah di Bendul Merisi. Dari pagi sampai sore. Mulai dari bikin es timun dan nyate. Saya tuh gak suka daging kambing, tapi herannya, daging kambing yang disembelih pada hari Idul Adha ini betul-betul tidak ada bau dan rasa amisnya sama sekali. I'm glad. Ada panitia bagian potong daging qurban untuk dibuat sate.

Dagingnya dibungkus daun pepaya 10-15 menitan aja ( lagi dikejar waktu makan siang ).

Hasil karya teman-teman panitia ( bagian dapur & makan )

Sambil menunggu masakan dari daging qurban untuk para panitia, sekalian makan rujak buah. Sedaaaap. Kenapa kok kita rujakan ? Karena udah ada full daging. Hahaha...pembenaran dalam hal diet. Hehehe ^^

Buah-buahan dan sayur, tahu, sambal, bumbu rujak, acar dan bumbu sate.

Plating bumbunya cantik ya. ( bukan saya yang siapin, tapi ibu-ibu panitia lainnya )

Sambil nunggu daging sate disiapkan, saya dan teman-teman membuat Es Timun. Resepnya browsing sana sini pas malemnya. Gak pakai takaran, cuma feeling aja. Alhamdulillah segar. Pilih es timun lagi lagi karena pembenaran diet karena sudah full daging kolesterol gitu deh. Hahaha. Padahal ada gula dan syrupnya.

Es timun ini seger banget gak bohong. Saya baru buat dan udah enak banget. Ludes sama bapak-bapak yang kecapekan nyembelih hewan Qurban. Resepnya ada di mana mana ya. 

Akhirnya, saatnya bebakaran sate. Pake arang lebih mantab dan enak daaaaan.....dagingnya empuk banget meski cuma medium rare. Gak amis padahal saya ini mual dengan bau daging kambing. Waktu itu ada kesalahan sih yaitu pas bebakaran duduk di ruang yang kurang terbuka, sehingga anginnya dan asapnya tuh muter di daerah situ saja. Just imagine our breathe. Hampir berasa keracunan.

Dibantu kipas angin dong. Arang dibakar di atas kompor dulu.

Di tengah bebakaran, akhirnya masakan daging Qurban jatah para panitia datang. Dan enaaaaaaak banget masyaallah. Jadi terbakar deh kalorinya. Hahahha. Besok paginya saya puegel banget dan pusing-pusing mungkin karena kolesterol. Hhahaa.

Krengsengan Daging Kambing

Gulai Kambing

Dianter pake becak karena yang masak masih sekomplek. Biasa masak buat Aqiqahan juga.

Baru tahu saya kalau untuk menyembelih hewan qurban itu ada SOP sesuai syariatnya, tidak hanya perkara baca bismillah terus disembelih, namun betul-betul detail dari hari-hari sebelum hewan Qurban disembelih. Usut punya usut juga, menyembelih hewan Qurban salah satu caranya melihat alur bernafasnya hewan. Correct me if I'm wrong ya karena ini dapat info dari teman yang temannya biasanya jadi tukang jagal juga. Will search more for this about syariah and the right way to prepare Qurban.

Friday, October 18, 2019

KEMBALI PULANG ( NHW#1 )

“Sangkan Paraning Dumadi” adalah kata bijak dari Jawa, yang saya temui ketika saat itu saya begitu takjubnya dengan beberapa literatur sastra lokal yang mencantumkan beberapa pepatah Jawa dalam tulisannya. Bahkan, kata bijak itu menjadi tagline blog pribadi saya, yang serupa makna dan tujuannya, yaitu “saya ingin mengetahui jalan pulang”. Pulang menuju ketenangan. Inilah ilmu yang dari awal usia 20 tahun hingga saat ini saya berusia 29 tahun, akan terus saya cari, gali dan temukan satu per satu.

Pada penghujung tahun 2014, fase jenuh saya menjadi lajang dan office worker, saya mulai flashback. Mundur ke belakang agar mendapatkan sebuah pandangan yang jauh lebih luas lagi. Benar-benar mundur ke belakang dan yang saya lihat saat itu adalah keadaan keluarga saya. Umur yang lebih matang membuat saya berani melihat semua itu, meski seiring waktu mencari jawaban, semakin pahit kenyataannya. Dari situlah, hati saya hancur, namun atas izin Allah saya sadar bahwa saya hanyalah hamba Allah dan saya bertekad benar-benar ingin kembali dan mengenal Sang Pencipta.

Bagaimana cara saya kembali kepada Allah ? 

Saat saya sedih sekali, saya terbiasa membaca Al Qur’an dan terjemahan. Dari membacanya, saya mendapatkan pelipur lara. Lalu terbesit dalam benak saya, saya harus memahami dan mentadabburi firman-firmanNya. Saya pulang ke rumah setelah merantau bekerja, mencoba memperbaiki kepingan-kepingan yang ada dengan mencoba sabar, ridho dan bersyukur. Rumah Allah adalah tempat ternyaman bagi saya. Menuntut ilmu di masjid-masjid adalah sebuah hal baru bagi saya dan saya merasa takjub dan ketagihan. Ternyata banyak sekali hal-hal yang saya tidak tahu, bahkan dari perkara kecil seperti adab memakai sandal hingga perkara-perkara yang besar. Semua tuntunan adab ada dalam ajaran Islam selama kita benar-benar mengambil contoh yaitu dari manusia terbaik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah tidak melepaskan kita dalam sebuah masalah dan musibah. Semua sudah Allah beri manual book, bagaimana bereaksi dan beraksi dalam sebuah perkara. Tinggal kita mau mencari ilmunya dan mengamalkannya atau menularkannya.

Perbedaan yang sangat besar sebelum saya mengenal adab-adab dan ilmu-ilmu adalah sekarang saya mampu membedakan tak hanya antara perkara baik dan buruk, namun juga mampu membedakan antara perkara penting dan sia-sia. Semakin menuntut ilmu, semakin merasa kurangnya pengetahuan. Semakin mengerti adab, semakin pilah pilih dalam berbicara, pilah pilih dalam berfikir dan yang paling menyenangkan adalah menjadi perempuan yang tidak baperan. Kenapa bisa begitu ? Karena semakin kita paham jalan pulang, semakin kita mengenal siapa tempat kita kembali. Semakin besar pula kepercayaan kita bahwa karena dengan adanya Allah pada tempat kita pulang, maka segala urusan di dunia ini adalah baik.

Thursday, October 17, 2019

What I've Found in My Tumblr ( Part 1 )

Sometimes, one short caption contains a loooooong story behind it but don't know how to start and explain. These go with what I'm feeling for my entire life and I hope Allah will forgive all negative and ungrateful things in my life. I don't want to share the stories behind but rather, how I found myself thought things like these quotes.

It's easier for me to do this : to talk with myself, to reflect and discuss with myself, 
so nobody misjudge me the way they want.

[ Dikutip dari tumblrku 16 Maret 2015, 19:36 PM ]

"Teach your children not only how to love but also how to be loved." - Michelle K. 
[ Dikutip dari tumblr 15 Februari 2016, 21:43 PM ]


I want to be the person who let the corrupted scenarios go and healed.

Wednesday, October 16, 2019

Alang - Alang Zerowaste Shop

Berawal dari lihat-lihat bulk shop zerowaste di luar negeri, kemudian iseng-iseng lihat kok ada yang di Surabaya. Pertama kali nemu di instagram adalah Alang-Alang Zerowaste Shop karena tempatnya aku pikir dekat dengan tempat kuliahku dulu di ITS, ternyata masih terus ke arah suramadu. Lumayan jauh dari tempat tinggal. Pas itu juga saya, setelah bertahun-tahun lamanya, keluarlah alergi lagi, gatal-gatal dan daerah pencernaan terasa tidak enak, saya putuskan hendak membeli tepung gluten free. Ceritanya saya habis trial donut buah naga untuk dijual. Dua atau tiga hari berturut-turut, saya buat donat dan dimakan sendiri dong karena untuk trial dulu. Tidak sadar, habis 2 kg tepung terigu selama tiga hari itu dan tiba-tiba badan sudah gak karuan saja. Makanya memutuskan ke bulk shop yang jual bahan pangan untuk gluten intoleran dan diary free. Suatu hari aku memutuskan ke sana sendirian sambil bawa storage box ala ala chefgram atau selebgram cooking Hahha. Waktu itu booming food preparation gitukan, jadi aku beli box-nya di Carrefour. Maaf ya kalau belibet karena memang masih belajar nulis, belajar menumpahkan apa yang aku alami ke dalam tulisan secara beruntun, namun ternyata itu tidaklah mudah. Semoga saya bisa mahir dalam menulis panjang. Yuk, kita tengok tokonya.


Letaknya di sebuah ruko setelah perempatan traffic light, kiri jalan. Jadi misal dari arah galaxy mall itu terus aja sampai ngelewatin Kampus C Unair. Aku suka tokonya calm and quiet. Pas masuk sudah ada aromatherapy dan kerasa kalem dan sunyi aja gitu. Kalau mau masuk, alas kaki dilepas ya.



Ini isi dalam toko waktu saya pertama kali ke sana tanggal 13 Maret 2019. Tokonya rapi tapi yang serem adalah semua gelas-gelas kaca. Masih bingung untuk mengambil produk-produknya karena waktu itu baru buka ya. Kemungkinan masih ada yang kurang. 


Contohnya tuh ini. Saya sempet bingung ngambil tepung bagaimana karena saat itu pakai centong nasi yang datar dan besar banget dibanding dengan mulut toplesnya. Alhasil tumpah deh. Waktu itu bilang ke ownernya , mbak siapa-sorry-lupa, ingetnya doi lulusan teknik nuklir gitu kalo gak salah. Pas terakhir ke sana bulan Juni atau Juli, alhamdulillah udah diganti pake centong cekung dari batok kelapa. Jadi lebih safety dan ergonomis. Kalau masuk toko kaca-kaca gitu suka deg-degan gak karuan.

Ini yang aku beli waktu pertama kali ke sana.

 Ini aku beli waktu ketiga kali ke sana kayaknya. Aku kurang suka kue sebenarnya, tapi yang Avocado Choco Pie ini enak dan seger banget. Gak kemanisan dan pas lah. Kalo yang Donut ini berat banget ya mungkin karena full dark chocolate. Alhasil makannya dikit-dikit karena kenyang gitu. Kedua kue ini aku habiskan dalam 2 hari. Jadi ingin buat pie sendiri dari tepung gluten free.

Toko ini gak pakai sistem cetak struk, jadi pakai software dan kudu difoto sendiri buat yang perlu, soalnya kalau udah ditutup gitu gak bisa keluar lagi struk ini. Ini pas bulan Juni ya. Gak tahu kalau sekarang. Semoga bisa di email gitu receiptnya, ya.

Beginilah review amatir dari saya. Sebenernya kenapa saya share perjalanan saya yang berkesan di sini karena gak mau foto di hape penuh. Saya juga ingin menata memori saya mengenai hal-hal yang saya sukai. Kadang kita banyak melalui hal yang indah, tapi mengingatnya kembali butuh tenaga dan pikiran yang nyaman. Jika hal ini sudah kita tumpahkan dalam bentuk tulisan, maka akan lebih enak mengingatnya. Ya, ikatlah ilmu dengan tulisan. Saya bisa belajar dari Zerowaste Shop ini. Di sana juga disediakan air minum isi ulang gratis bagi pengunjung. So, don't forget to bring your own tumblr and minimize your waste volume. See you.

Saturday, October 12, 2019

25 Things I Don't Buy Anymore

"Owning less is great, wanting less is better."
-Joshua Becker

Semenjak kepulangan dari Jakarta ke Surabaya, kembali tinggal di rumah orang tua, banyak sekali barang yang susah saya bawa pulang karena mahalnya ongkos kirim dan repotnya packing. Saat itulah saya terpaksa berpikir barang apa saja yang perlu dibawa ke Surabaya dan mana yang harus direlakan diberikan kepada orang lain saat pindahan dari Jakarta. Saat sampai rumah orang tua di Surabaya, saya hanya hidup dari hasil tabungan kerja di Jakarta untuk kebutuhan sehari-hari sambil menunggu panggilan kerja di Surabaya yang unfortunately, no good news semua. Alhamdulillah, pada jeda waktu inilah saya restarting my purpose of living dan muhasabah banyak hal terutama dalam hal-hal yang konsumtif baik dalam hal materi, waktu, dan pikiran ( juga perasaan ). Ketersediaan budget yang terbatas, membuat saya betul-betul teliti dan strict mengevaluasi mana hal-hal yang tidak perlu dibeli dan dilakukan.

Here we go ...

25 Things I Don't Buy Anymore :
  1. Make up. Make up ini terdiri dari foundation, lipstik, lipgloss, pensil alis, eyeliner, eyeshadow, blush on, make up remover, etc. Bedak saya masih pakai yaitu bedak bayi. Dalam setahun saya pakai make up bisa dihitung jari, jadi tidak perlu punya. Namun untuk ke depannya ketika sudah menikah, saya berpikir membeli make up sedikit saja yaitu BB cream, lipstik dan pensil alis dalam ukuran kecil saja. Biasanya kita pakai untuk acara resmi saja. Saat ini saya pakai sharing dengan punya mama dan itu hanya 3 alat make up yang saya sebutkan tadi.
  2. Aneka produk perawatan wajah klinik kecantikan. Dulu sebelum saya kerja, saya freak banget dengan produk perawatan wajah seperti E*ha Klinik, E*tetika, dan lainnya. Ingin tampil putih dan bebas jerawat. Setelah saya kerja dan merasakan mahalnya produk skincare, saya agak ogah-ogahan membeli skincare dan lebih-lebih lagi, di tahun ke-2 saya kerja, sesuatu terjadi. Kulit wajah saya tiba-tiba seperti terkena herpes dan bibir saya pun gatal dan menghitam jika memakai lipstik. Akhirnya saya pun terpaksa tidak bisa pakai skincare apapun dan make up. Sempet minder karena bayangin aja kerja di Jakarta, cantik cantik semuanya,saya kumus-kumus banget. Hahahha...that's okay yang penting wajah saya tidak terasa celekit-celekit dan perih lagi. Baru 1-2 bulan saya mulai pakai H*daLabo sabun wajah, toner, dan moisturizer dalam ukuran travel kit. Imut banget. Pilih yang no alcohol. Alhamdulillah cocok-cocok aja di kulit dan di kantong.
  3. Alat rias dan kapas kecantikan. No reason to buy anymore.
  4. Parfum. Cut them all. I still smell good. Watch what you eat dan mandi dua kali sehari, sikat gigi dua kali sehari. Pakai body lotion.
  5. Sabun cair untuk body wash. Saya pakai sabun batangan sekarang. Selain karena lebih murah, menyimpannya juga tidak memakan tempat. Saya pakai sabun yang non perfume dan non alcohol.
  6. Sabun scrub wajah. Menurut saya tidak perlu dan ada resep alami sebagai pengganti.
  7. Masker wajah. Jarang pakai masker dan lebih enak buat sendiri dari bahan-bahan alami.
  8. Mouthwash & dental floss. No reason to buy anymore.
  9. Pencukur rambut ketiak. Sekarang untuk ketiak karena dalam Islam harus dicabut, maka pakai sugar wax dari bahan alami. Alhamdulillah cocok pakai wax tidak menyebabkan iritasi.
  10. Baju dan kerudung motif. Baju dan kerudung saya polos semua tanpa corak dan lebih ke earthy and warm color.
  11. Rok, t-shirt dan celana untuk bepergian. Saya lebih suka pakai gamis sekarang, padahal dari kecil sampai umur 25 tahun saya nyaman banget pakai celana, alhamdulillah now I'm more feminime on clothes. Haha.
  12. Baju butik dari brand terkenal. Biasanya dulu sangat ingin beli produk-produk dari butik karena bahannya juga pasti bagus sesuai harganya plus dalam hati bangga gitu pakai produk branded. Tapi semenjak bisnis hijab sendiri, saya mulai jahit sendiri atau beli di toko grosir.
  13. Baju satu kali pakai hanya untuk dresscode. BIG NO ! 
  14. Handuk besar. Sudah beranjak 2 tahun saya betul-betul tidak pakai handuk badan, jadi saya pakai handuknya ukuran kepala saja. Buat saya lebih enteng untuk dibawa, cuci lebih gampang dan simpan juga tidak repot.
  15. Snack dan makanan instan import. Saya sudah jarang jajan dan lebih mementingkan jajanan lokal seperti snack kiloan atau UMKM. Snack import selain lebih mahal, kehalalannya juga belum tentu terjamin.
  16. Decoration. Saya lihat ini salah satu yang memenuhi ruangan saya. Saya lebih suka ruangan polos tanpa pigura, tanpa patung, boneka, warna warni, tanpa hiasan apa pun. Dekorasi terkadang berdebu sehingga menambah pekerjaan bersih-bersih.
  17. Sandal dan Sepatu. Saya punya 2 sandal untuk rumah dan bepergian dan 2 sepatu warna hitam dan kuning waluh ini dipakai bergantian, meski sepatu kuning jarang saya pakai. 
  18. High heels, pump shoes, wedges. Tidak akan terpakai. I love my height.
  19. Handbag and clutch to collect. Dulu punya clutch bag dan hand bag untuk dipakai bergantian saaat ada acara dicocokkan dengan warna baju. Sekarang sudah tidak lagi.
  20. Buku komik dan novel fiksi. No reason to buy anymore.
  21. DVD, CD, USB. No reason to buy anymore.
  22. Earphone. Earphone membuat telinga saya cepat kotor dan tidak sehat.
  23. Dompet wanita yang panjang dan tebal. It's heavy. Isinya kebanyakan cuma nota dan kartu nama.
  24. Aksesoris. Topi, kalung, gelang, cincin, kacamata non minus, akseories hijab, bros, pin, sabuk, etc.
  25. Supplemen Vitamin C. Rutin makan sayur dan buah secukupnya.

Ada beberapa hal yang mungkin tidak masuk list karena sudah hampir 5 tahun ini berjalan dan prinsip saya, "forget the thing that we let go". Perbedaan gaya hidup saya dari zaman kuliah sampai saat ini sangat signifikan mungkin ada banyak hal lagi yang saya tidak beli. Semoga sharing ini bermanfaat untuk kalian yang ingin hidup lebih nyaman. I hope you find your happiness. 

Friday, October 11, 2019

Cooking at Home for Calming

Dari tahun ke tahun, saya suka banget mempelajari konsep hidup minimalis dan berangan-angan nanti jika sudah memiliki griya sendiri, bisa mewujudkannya. Semoga Allah kabulkan. I do believe, home with less furniture is more calming. Saya ingin menjadi perempuan yang bisa memasak dan menggeluti bisnis makanan atau minuman. Jadi, tatanan, kerapian dan kebersihan dapur adalah sesuatu yang krusial bagi saya. Semenjak instagram ada fiture save collection, saya simpan banyak sekali inspirasi interior rumah, salah satunya dapur. Di bawah ini adalah beberapa wishlist saya, jika suatu saat nanti Allah kasih rejeki untuk menikmatinya. Semoga juga jadi inspirasi hidup minimalis bagi para pembaca. Silakan disave dengan menyebutkan sumbernya.

Saya cinta dengan ide dapur di sebelah taman karena saya pribadi di rumah mama tiap pagi banyak kegiatan di dapur, seperti membuat pesanan aneka susu kacang untuk usaha saya. Pagi itu waktu untuk memulai settingan mood sepanjang hari. Jadi agar less stress karena susah untuk jalan pagi, dapur di sebelah taman dengan jendela sangat idaman. Hope could have it one day. If it's not now, may Allah grant me a garden of paradise full of my favorite things later.

Ini saya temukan waktu scrolling di IG. Tadinya suka dengan tone interiornya, namun setelah saya kepo, ternyata tatanan bagus dan fungsi rumah doi maksimal. Dengan lahan 33 m2, bisa cukup untuk 2 bedroom, 1 bathroom dan ruang tamu yang langsung tembus dengan dapur dan ruang makan. Semoga besok punya rumah yang cukup manfaat sehingga proses hisabnya minimalis juga. 

Lagi-lagi suka banget dengan tone white and woods dengan dapur yang gak terlalu riweh karena saya bukan tipe masak yang macem-macem dan lama-lama. Meja makan yang langsung jadi satu di dapur menurut saya sangat efektif dan ergonomis. Fungsi meja makan juga bisa untuk tempat proses makanan. Buat kita yang suka masak dan belum jago, satu meja untuk proses memasak sangat membantu. Satu lagi yang aku suka, sebenarnya di atas atas kiri adalah atap bening. Ini bisa berfungsi agar cukup cahaya masuk sehingga gak pening kalau masak dan tidak sesak napas juga.


Small and girly vibe here. Maybe less stuff will be more ideal for me since I don't like to clean up things that much. Suka meja makannya ada hiasan bunga kecil. Plus, jendelaa for kitchen... I love it !

Ini dapur di salah satu tiny house. It's just lovely. Just lovely. Dulu pernah kepikiran punya dapur terpisah dari rumah. Mungkin ini bisa jadi inspirasi ya karena dulu pernah lihat orang buat dapur di luar rumahnya dibuat model cafe lesehan gitu vibenya. What a creative. 

I hope you enjoy and tell me if one of these is inspiring your home renovation. 

Here's the link for my kitchen inspiration collection : 

Thursday, October 10, 2019

[ Instagram Update ] 3 Juni 2017


Dalam sebuah hadits, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
“Barangsiapa yang mencintai perjumpaan dengan Allâh maka Allâh mencintai perjumpaan dengannya.”
HR. al-Bukhâri (no. 6142) dan Muslim (no. 2683)

[ Instagram Update ] 17 Juni 2016


"They said New York never sleeps

Of course, they have never seen Mecca."

Monday, October 7, 2019

The Greatest Wealth is A Poverty of Desires

[ My Instagram Post on September 19th, 2017 ]


     As a child, I always be an introvert person. I remembered taking a lot of personality test and it showed all was ( and is ) introvert. I have a very personal and family issues that make me cannot open and become an extrovert. Let me give you some stories, why this quote hits me for the very first time I read and I still keep in my heart.

     Selama hampir 30 tahun menjalani hidup dengan banyak mendengar daripada berbicara, banyak sekali hal-hal yang saya analisa dari orang-orang yang pernah saya temui. Ada senang dan banyak sedihnya. Ya, kita paham manusia banyak yang mengecewakan, terutama pada zaman ini. Sebuah kesan saya dari mulai kecil hingga umur 25 tahun, saya merasa betul-betul kecewa dengan banyak orang. Saya merasa sebagai anak muda, sangat kurang orang dewasa yang bisa menjadi teladan dan contoh yang baik. That's why, saya lebih suka menyendiri di dalam kamar dan membaca buku. Banyak julukan yang dilemparkan kepada anak seperti saya karena saya sangat diam. Teman sebaya menjauhi dan orang dewasa mengatakan,"Cacat mental ya? Bisu ya?" dan julukan lainnya. Well, saya besar dengan memikirkan dan menjalaninya sendiri karena orang tua sibuk dengan pekerjaan dan masalah sendiri. Pulang sekolah full day persiapan dari pukul 5.30 pagi hingga sampai rumah pukul 5 sore, saya lanjut les mengaji. Pada kelas 6 SD saya mulai mengambil bimbingan belajar hingga saya lulus SMA. Jadi full belajar. Weekend les Bahasa Inggris dengan berbagai macam murid dengan usia dan background yang sangan variatif. Jadi bisa dikatakan, kontak dengan orang tua dan saudara sangatlah minim sekali. Bahkan memori saya seperti hilang sebelah mengenai masa kecil saya. Maka karakter diri terbentuklah menjadi pribadi yang tertutup dan jarang curhat.

     Entah bagaimana, saya punya kepekaan sendiri dalam memperhatikan seseorang. Kepekaan ini diikuti dengan kenyamanan atau ketidaknyamanan hati. Contoh mudahnya, seseorang yang saling mengirim sinyal mata. Baik itu dalam rangka naksir atau nge-prank. Ini bukan indigo ya karena saya sama sekali belum pernah lihat setan apalagi sampai bisa baca pikiran orang. Namun dengan banyak membaca buku terutama buku psikologi dan detektif, saya cepat tanggap terhadap sesuatu. Contoh, kita berbicara dengan orang dan saya melihat dia mulai berbohong atau tidak nyaman, saya bisa tangkap gerak-geriknya dan memberhentikan percakapan dengannya. Saya juga tidak ingin mendengarkan kebohongan lawan bicara. Baik itu white lies apalagi yang black lies. Rasanya otak dan hati ini tidak pernah lelah berpikir dan menganalisa sekitar. Sampai pada suatu titik, saya sudah lelah dengan semuanya.

     Rasa lelah ini sudah dari SMP saya alami. Tidak seperti remaja lainnya, sudah banyak hal terjadi di dalam keluarga saya yang menuntut saya tidak bisa se-enjoy anak seumuran saya. Padahal bisa dibilang saya adalah anak orang menengah ke atas. Namun saya tidak paham soal merk baju, kendaraan, hape, lawan jenis kece belece. Saya tahunya dan excitednya cuma sama buku. Happy banget kalau bisa beli episode terbaru atau baru launching. Dulu saya juga happy dengan crayon yang warna warni. Happy tiap sore beli bakso tusuk dan gorengan dengan saus dan kecap yang banyak. As simple as that.

     Pada zaman kuliah, saya sudah mengenal konsep ketenangan dalam hidup. Waktu itu menyimak beberapa sastrawan, budayawan dan website mengenai Zen habit yaitu hidup minimalis kalau bahasanya sekarang. Terbentur dari kepercayaan, saya hanya ambil yang sesuai dengan ajaran agama saya. It's funny how young lady already search for living quiet. Mungkin ini menunjukkan bagaimana stressnya saya. Sebenarnya bukan ke arah bagaimana stressnya saya, namun saya merasa sungguh sangat berbeda pemikiran dari kebanyakan orang seumuran. Ketika mulai mengelana di Ibukota, Jakarta, saya banyak melihat berbagai macam orang dan situasi. Kehidupan drastis yang saya jalani di ibukota betul-betul banyak memberikan pelajaran hidup yang sangat konkrit. Sepanjang saya melihat kehidupan saya dan kehidupan orang-orang di sekitar saya saat saya di Jakarta, saya betul-betul yakin bahwa happiness is not equal with richness. How it happened ?

     Saya besar di lingkungan menengah ke atas, bisa membeli mainan berupa barbie, mobil-mobilan, games etc. Pada saat SMA karena suatu hal yang tidak bisa saya utarakan, perekonomian keluarga menurun drastis. Alhamdulillah bisa dikatakan menengah, itu pun saya lihat ibu saya mati-matian kerja dari pagi sampai malam which is actually I'm not agreed on. Saya berharap hidup sederhana saja asal bisa saling dekat dalam satu keluarga. But, we have so much different prespectives about life. I respect her and I know how hard her life is. Turning point bahwa harta itu benar-benar tidak ada maknanya adalah saat saya resign dari Jakarta dan rehat sebentar dari pekerjaan untuk mencari sebuah jalan hidup yang benar. Saya merasakan dahulu saat setelah baligh saya tidak bahagia, tidak ceria dan cenderung judes. Padahal saya anak orang punya. Teman-teman saya banyak orang punya juga tapi saya tidak terkesan bahagia. Menginjak SMA saya memilih sekolah negeri, saya memiliki ketakutan berteman dengan orang berada dan gaul ( dikenal banyak siswa ). Seperti rasa yang tidak nyaman. Begitu pun saat kuliah di salah satu institut di Surabaya. Namun perasaan ini pastinya saya simpan sendiri.

     Memang betul ya, bekerja dengan keringat sendiri adalah salah satu cara membuat pikiran kita njejek ( fully grown ). Setiap hari saya mendengar pegawai bahkan bos dengan gaji 10 juta ke atas, masih mengeluh masalah harta. Tiap hari mengeluh macet lah, gaji kurang lah, sayur naik 500-1000 rupiah mereka mengeluh. Saya dalam hati heran kenapa bisa begitu. Padahal di Jakarta itu pengemis, gembel, pedagang kecil, anak jalanan banyak terlihat di jalanan sampai rasanya hati ini tidak cukup untuk menampung rasa simpati kepada mereka. Sedangkan saya berteman dengan rekan kerja yang gajinya bisa dibilang di bawah UMR dan kita jarang membahas kekurangan harta. Alhamdulillah Allah beri rekan kerja yang baik. Saya lihat rekan kerja saya meski dengan gaji segitu tidak pernah mengeluhkan masalah sekolah anaknya. Sampai terkadang terceletuk dari mulutnya,"Mereka itu kurang apa ya ?" ketika mendengar keluhan dari pegawai yang gajinya di atas UMR. Ya, saya waktu itu meringis saja.

     Setelah saya resign dan aktif di kegiatan sosial dan dakwah, saya juga tetap menemui hal yang sama. Heran juga. Padahal komunitas ini adalah kumpulan orang-orang yang mementingkan akhiratnya daripada dunianya. Maka hawa nafsu itu tidak melihat mana orang Islam, mana orang kafir, mana orang miskin, mana orang kaya, mana orang sudah ngaji, mana yang belum ngaji, mana yang bisa baca Al Qur'an mana yang tidak bisa baca. Banyak orang, entah itu dalam berbicara dan beramal, dan bahkan dalam menasehati perkara kebaikan pun mereka mengedepankan hawa nafsunya. Hal ini merusak kesempurnaan niat untuk beramal shalih. Hawa nafsu juga bisa merusak materi, fisik dan bathin seseorang, baik pelakunya atau objeknya.

     Kekayaan bisa dibagi dua, yaitu kekayaan lahir dan bathin. Kekayaan lahir berupa fisik, tenaga, harta, intelektualitas. Kekayaan bathin berupa pemahaman agama, psikologis, cara berpikir, dan kondisi spiritual. Kekayaan lahir dan bathin ini jika terpenuhi maka akan muncul kepuasan atau kecukupan. Orang yang tidak puas biasanya pasti memiliki kekurangan dalam lahir atau bathinnya. Bagi saya, jika seseorang sudah memiliki tempat tinggal ( dari tembok bata dan atap genteng ) dengan luasan yang cukup untuk beraktivitas sehari-hari, punya mobil 1 dengan mesin tahun 2000an, bisa makan 3x sehari, anak-anak bisa sekolah minimal tarif setara dengan sekolah negeri, maka itu sudah cukup. Tidak perlu menjatuhkan diri dengan mengatakan masih miskin. Padahal hisab mereka jauh lebih sedikit daripada orang yang memiliki rumah besar, mobil lebih dari satu dan seterusnya. Nah, apalagi mereka yang punya juga jangan selalu merasa kurang harta sehingga takut untuk bersedekah. Terkadang pula bukan harta yang membuat diri merasa kurang. Jabatan, kondisi anak, kondisi mertua, kondisi menantu dan lain-lain. Sebenarnya ini manusiawi jika hal ini disimpan sendiri atau jadi bahan diskusi keluarga, namun apabila keluar dari mulut kita dan membanding-bandingkan dengan orang lain meski itu orang-orang yang kita kenal, maka hal ini sungguh sangat menyakitkan hati. Pada permasalahan rejeki orang lain, kita tidak tahu apa saja yang Allah amanahi kepada mereka dan apa saja yang Allah sudah ambil ( kurangi ) dari mereka. Perkataan dan pemikiran yang tidak berguna seperti ini diakibatkan karena manusia lebih senang mengumpulkan dan mengkayakan hawa nafsunya. Maka dari ini kekayaan dengan diikuti kepuasan hati dan kecukupan materi bisa diraih hanya dengan kurangnya atau miskinnya hawa nafsu yang membelenggu diri kita.

     

[ Instagram Update ] 4 Oktober 2017



Isa 'alaihissalam berkata kepada Bani Israil,


وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَلِأُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ ۚ وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ


"Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) daripada Rabbmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku."
[ QS. Ali Imran : 50 ]




إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۗ هَٰذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ

"Sesungguhnya Allah, Rabbku dan Rabbmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus."

[ QS. Ali Imran : 51 ]

_________________________________________________




أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا


"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci ?" 
[ QS. Muhammad : 24 ]


[ Instagram Update ] 5 Juli 2016

Pantai Molang, Tulungagung di kala senja.


"Bagai pasir di tanah itu, aku tak harus jadi penting." 

~Seno Gumira Ajidarma dalam Atas Nama Malam.


Sunday, October 6, 2019

[ Instagram Update ] 25 Mei 2016

[ Pantai Coro, Tulungagung ]



"Engkau adalah jalan menuju sembunyi. Sembuh dari sunyi."
~ Joko Pinurbo


وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيب

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat."  
[ QS. Al Baqoroh : 186 ]