Monday, June 28, 2021

MANUSIA MAKHLUK MULIA


Abdullah Ibnu Al Mubarok pernah ditanya,
"Kapankah manusia layak disebut manusia ( makhluk yang mulia ) ?"
Beliau menjawab,
"Di saat ia mengenal Allah dan membuktikan hal tersebut sepanjang hidupnya."
-Ustadz Djazuli hafidzahullahu ta'ala-

Foto adalah senja tahun lalu. 
Saya mencoba cari jalan untuk bisa tetap mendapatkan terapi dan rehat sejenak dari lelahnya menghadapi keluarga ini. Salah satunya adalah saya mulai menghidupkan balkon rumah kosong menjadi kebun mungil sayur. Balkon ini menghadap barat di mana senja tenggelam. Saya rutin pagi dan sore ke kebun mungil ini demi terapi dan hidup sehat lahir bathin. Sebenarnya terapi saya itu ya kajian rutin di masjid, namun Allah masih ingin cerita lain. 

Semoga Rabbku mengangkat wabah penyakit ini, yang menyiksa hambaNya dengan memberi hikmah yang begitu banyak. Jadikan hamba seseorang yang tidak mudah mengeluh atas takdirMu. Aamiin.

Tetap jalani prokes dengan ikhlas demi taat kepada Allah dan ulil amri. Demi ibadah kita.

Saya bagikan potongan senja yang mungkin kalian ingin punya.

Tuesday, May 25, 2021

Pertama Kali Tatap Muka

Bismillah, hari ini saya ingin sedikit cerita, flashback saat pertama kali teman pengajian di masjid Al Falah mengajak ke kajian rutin membahas kitab insyaAllah pertengahan tahun 2016, 

"Ayo, mau ta kamu ikut pengajian isinya orang cadaran ? Ini pengajiannya berat, sangar-sangar... Biasanya pinjem rumahku soalnya masjidnya atapnya runtuh masih dalam perbaikan."

"Bahasan apa ?"

"Apa ya ? Lupa soalnya ganti judul nih. Nanti aku kirim jadwalnya."

Kemudian saya dikirimi sebuah jadwal/poster sederhana. Simple aja. Lawas banget lah designnya.

Aku membaca judulnya : FIQH JENAZAH

MasyaAllah, .... merinding ya ? 
Dari remaja sudah sering dengerin tausiyah, tapi belum pernah saat menginjak usia 20 betul-betul membahas sebuah kitab untuk mendalami islam dalam rangka memperbaiki iman, taqwa, banyak hal ttg kehidupan dan akhlak saya sendiri.

Sampai sekarang saya masih terkesima dengan skenario Allah yang mengetuk pintu pertama menjadi penuntut ilmu syar'i dari jalan pembahasan KEMATIAN, lebih lagi MENGURUS KEMATIAN SESEORANG / JENAZAH.

Catatan kajian pertama saya.

Pada saat itu, kondisi saya putus asa, sedih berlarut, lelah, penuh emosi yang tertahan, kondisi fisik mudah lelah, usaha mulai nol modal habis bis tanpa laba, lamaran kerja tak bersambut, dan mempertanyakan kenapa saya berada di kota ini ? Sesal tiada tara saya kembali ke kota ini. Namun, semua jalan yang Allah pilihkan ada sisi syukur dan hikmahnya, meski kita tak menyukai pilihan ini.

Tanpa prejudice, saya mendatangi kajian tsb dengan rok panjang, atasan panjang dan hijab sepinggang. Sekalipun saya belum pernah memakai set syar'i. Niat saya ingin lepas dari belenggu kebodohan dalam menyikapi masalah dan ingin mencari ketenangan dengan bermajelis bersama lingkungan yang baik.

MasyaAllah sempet minder karena rumah teman saya ini seperti sinetron besarnya dan beberapa mobil berderet. Petugas Parkir ramah mengarahkan ke sisi jalan. Masuk pun sungguh canggung. Ketika masuk saya hanya bisa melihat para muslimah. Saya pikir, ustadznya di mana ya ? Cuma dengar suaranya.

Para muslimah ini berpakaian hijab panjang dan gamis panjang gombrong berwarna gelap. Nah, saya masih belum tahu kalau pada pakai cadar atau tidak karena kan mereka sebagian besar copot cadar. Pemandangan pertama kali dan semua terlihat fokus dan ramah. Ibu-ibu cenderung santai sekali. Mukanya tidak ada yang berkesan galak.

Kalau dulu saat kuliah di ITS, outfit seperti ini hanya satu dua seliweran di Manarul 'Ilmi. Dalam hati saya setelah 2 jam ikut kajian, lah hati malah plong. Ndak terbukti kalau pengajianne sangar kereng galak. Lha wong gimana. Pembahasannya mentalkin jenazah, yang ada sepanjang kajian inget orang tua yang sudah sakit dan saya sendiri yang pengen b*n*h d*ri. Hmm...ternyata ini ada tuntunannya semua.

Akhirnya sampai sekarang saya ketagihan karena para asatidz pemateri menyampaikan ( yang terpenting ) secara ilmiah dan tata bahasa yang baik namun tetap tegas dan jelas. Semakin hari mengikuti kajian, benang kusut semakin terurai karena perbekalan ilmu agama untuk dunia dan akhirat.

Sekian deh sekilas balik dari saya. Semoga kalian juga sudah dapat moment hidayahnya untuk niat ikhlas menuntut ilmu bukan untuk cari tenar jadi selebgram, da'i dadakan ataupun cari jodoh apalagi cari rezeki harta. Yang paling susah istiqomah. Ingatlah terus moment awal perjuangan kita, semangat kita awal menuntut ilmu agar tidak merasa bosan dan yo wis.

Bagi yang ingin membaca ringkasan kajian yang saya ikuti, bisa klik di sini :

Barakallahu fiikum wa uhibbukum fiddiin 💕

Saturday, May 22, 2021

Anxiety Begins at 25

Setiap kali apabila aku terbangun pukul 23.30 WIB hingga menjelang pukul 03.00 WIB, aku merasa was-was jikalau pada rentang waktu itu mendengar suara yang tidak wajar. Ke was was an ini ada alasan yang tidak bisa aku bagi di akun publik.

Hal ini terjadi sudah tahunan, terutama semenjak aku kembali tinggal di rumah orang tuaku di tahun 2015. Semakin parah ketika menginjak pandemi.

Triggernya karena sesuatu momen dan beberapa orang yang melakukan sesuatu hal sehingga aku selalu gundah setiap terbangun malam. Cukup membuat trauma. Salah satu trigger yang bisa saya ceritakan adalah ada orang gila yang masuk ke rumah pada malam hari menjelang sahur.

Sebenarnya rasa gelisah ini tidak hanya terasa di malam hari saja. Siang hingga sore seperti ini, namun tidak separah malam hari. Ini pun ada alasannya yang tak bisa aku bagi ke publik.

Sungguh aku merindukan suatu tempat berteduh yang aman, minimalis dengan tidak terlalu banyak orang dan barang yang diurus. Aku merindukan rumah yang private, kehidupan yang tenang dan teratur tanpa tuntutan publik. Rumah yang diimpikan itu beserta keluarga yang sejalan.

Sebenarnya tempat tinggal impianku adalah sebuah rumah yang berkonsep tanpa tamu. Seperti aku sedang liburan keluarga di sebuah villa atau bungalow dengan beberapa lahan terbuka terkena sinar matahari terbit. Merindukan rumah pelepas lelah bukan penambah lelah. Merindukan tempat yang aman untukku membuka hijab, berpakaian pendek dan memakai daster sesuka hati saatku berjalan di rumah, ke kamar mandi, saat memasak dan mencuci.

Banyak alasannya, kenapa aku lebih tenang tinggal sendiri di antah berantah daripada di rumah yang selama ini aku tempati.


Thursday, January 21, 2021

First Post During 2021 Pandemic

Bismillah...akhirnya saya update lagi nih.
Tadinya saya sengaja menghapus app blogger di handphone agar saya ngepost lewat PC saja. Ternyata PC saya yang sudah berusia 12 tahun ini tidak compatible untuk segala bentuk medsos dan aplikasi yang langsung connect via gmail. Maklum Windows Vista lawas. Jadi tulisan tulisan saya banyak yang tertunda.

Selama pandemi aktivitas sehari-hari sangatlah berbeda dibandingkan dengan sebelum pandemi. Saya ingin sekali sharing banyak hal kepada teman-teman apa saja kegiatan saya sampai saat ini, baru justru ketika pandemi ini berlangsung. Alhamdulillah Masya Allah laa haula wala quwwata illa billah.

Sebelum pandemi, karena saya seorang perempuan dan usia yang sudah tidak muda lagi saya sering insecure dan mengalami anxiety. Ternyata banyak sekali tuntutan sebagai seorang perempuan ya that's why I always tell people, please, ladies be good to another ladies and please support each other. Sebelum pandemi saya lebih concern masalah kesehatan, pemasukan dan jodoh pastinya ya, sedangkan setelah pandemi bertambahlah khawatir akan terkena virus dari pandemi ini. Penyakit bawaan saja sudah meresahkan apalagi ditambah adalah dari penyakit yang datang ke Indonesia dan menular.

Sebelum pandemi juga saya sudah belajar hidup bersih, rapi, memakai masker membawa hand sanitizer, dan sering cuci tangan sampai merasa seperti OCD. Dan pastinya sebagai seorang introvert dan seorang INTP/J saya sangat baik dalam menjaga jarak satu sama lain. IT'S INTROVERT LIFE !!

Kedepanny, saya akan menceritakan dan membagikan pengalaman, nasehat, dan hikmah apa saja yang saya dapatkan selama saya di rumah Ibu saya. Ribuan foto sudah saya simpan sebagai kenangan dan gambaran akan apa yang nanti hendak saya utarakan.

Sekian dulu hari ini. Please pray harder and stay healthy.