Saturday, May 22, 2021

Anxiety Begins at 25

Setiap kali apabila aku terbangun pukul 23.30 WIB hingga menjelang pukul 03.00 WIB, aku merasa was-was jikalau pada rentang waktu itu mendengar suara yang tidak wajar. Ke was was an ini ada alasan yang tidak bisa aku bagi di akun publik.

Hal ini terjadi sudah tahunan, terutama semenjak aku kembali tinggal di rumah orang tuaku di tahun 2015. Semakin parah ketika menginjak pandemi.

Triggernya karena sesuatu momen dan beberapa orang yang melakukan sesuatu hal sehingga aku selalu gundah setiap terbangun malam. Cukup membuat trauma. Salah satu trigger yang bisa saya ceritakan adalah ada orang gila yang masuk ke rumah pada malam hari menjelang sahur.

Sebenarnya rasa gelisah ini tidak hanya terasa di malam hari saja. Siang hingga sore seperti ini, namun tidak separah malam hari. Ini pun ada alasannya yang tak bisa aku bagi ke publik.

Sungguh aku merindukan suatu tempat berteduh yang aman, minimalis dengan tidak terlalu banyak orang dan barang yang diurus. Aku merindukan rumah yang private, kehidupan yang tenang dan teratur tanpa tuntutan publik. Rumah yang diimpikan itu beserta keluarga yang sejalan.

Sebenarnya tempat tinggal impianku adalah sebuah rumah yang berkonsep tanpa tamu. Seperti aku sedang liburan keluarga di sebuah villa atau bungalow dengan beberapa lahan terbuka terkena sinar matahari terbit. Merindukan rumah pelepas lelah bukan penambah lelah. Merindukan tempat yang aman untukku membuka hijab, berpakaian pendek dan memakai daster sesuka hati saatku berjalan di rumah, ke kamar mandi, saat memasak dan mencuci.

Banyak alasannya, kenapa aku lebih tenang tinggal sendiri di antah berantah daripada di rumah yang selama ini aku tempati.


No comments:

Post a Comment