Tuesday, April 30, 2019

Menaati Pemimpin Kaum Muslimin sebagai Bentuk Ibadah kepada Allah

Bismillahirrahmanirrahiim, semoga Allah menyayangi kita dan semoga kita sadar bahwa Allah menyayangi hamba-hambaNya.

Kita ketahui hari ini adalah hari yang sangat kental dengan kata kunci "Pemimpin". Atas kehendak Allah, saya diberikan ilmu-ilmu mengenai "Pemimpin" ketika sedang tidak secara khusus mencarinya. Bisa dikatakan momen ini adalah serendipty. Ini adalah Qadarullah, dan jawaban atas do'a-do'a yang saya panjatkan, ( benar saja, "senjata seorang muslim adalah do'a" ). Do'a-do'a ini juga bukan do'a yang  sehari-hari saya panjatkan, namun beberapa pekan ini atas kehendakNya, mendadak saya melantunkan do'a ini. Alhamdulillah, Allah yang menjadikan kita menerima ilmu yang telah Dia kehendaki melewati hamba-hambaNya yang sholeh, hafidzahumullah. Semoga Allah menjaga mereka, para da'i-da'i yang tegar di atas sunnah, tidak takut dan tidak bosan mengajak para jama'ah kembali ke jalan yang Allah ridhoi.


Kepemimpinan dalam Islam

Berbicara mengenai kepemimpinan dalam Islam, kita perlu paham arti dari Pemimpin. 

Diriwayatkan al Bukhari dalam Kitab Al Ahkam pada pembukaannya dan Muslim di kitab al Imarah, bab Fadhilah al Imam al Adil 


كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ


"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya."

dengan lanjutan hadits, saya nukilkan lafadz hadits dari kitab yang telah disebutkan sebelumnya.

الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ قَالَ وَحَسِبْتُ أَنْ قَدْ قَالَ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي مَالِ أَبِيهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

"Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut." Aku menduga Ibnu 'Umar menyebutkan: "Dan seorang laki-laki adalah pemimpin atas harta bapaknya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya."

Syeikh Al Utsaimin rahimahullah mengomentari penjelasan dalam hadits ini, pemimpin adalah orang yang diberi kekuasaan ( wewenang, memfasilitasi, bertanggung jawab ) atas kaum muslimin baik secara khusus atau umum, skala kecil maupun besar, baik dalam lingkup rumah seperti rumah tangga, atau sekolah yaitu kepala sekolah ataupun yayasan, guru sebagai pemimpin kelas, dan imam masjid sebagai pimpinan masjid. ( Kalau di Indonesia bisa dikatakan pimpinan masjid adalah takmir atau yayasan yang menaunginya, namun syar'inya pemimpin masjid adalah Imam Masjid ).

Begitu pula orang tua dimintai pertanggungjawaban atas anak-anaknya.


Prinsip Ketaatan kepada Pemimpin

Prinsip dalam Islam, menaati pemimpin adalah sebuah bentuk menjalankan ibadah kepada Allah. Landasan taat kepada pemimpin adalah landasan taat kepada Allah dan RasulNya, seperti halnya para isteri yang taat kepada suaminya. Imam Al Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan :

حَدِيْثُ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِيْ فَقَدْ أطَاعَ اللهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ , وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيْرِي فَقَدْ أطَاعَنِيْ مَنْ عَصَى أَمِيْرِيْ فَقَدْ عَصَانِيْ

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 
"Barangsiapa yang taat kepadaku maka berarti taat kepada Allah, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku berarti durhaka kepada Allah, dan barangsiapa yang taat kepada pemimpin berarti taat kepadaku, dan barangsiapa yang durhaka kepada pemimpin yang aku angkat berarti durhaka kepadaku."


Dalam Kitab Syarah Ushulus Sunnah : Keyakinan Imam Ahmad rahimahullah dalam Aqidah, oleh Syeikh Walid bin Muhammad Nubaih, disebutkan :

وَالسَّمْعُ وَالطَّاعَةُ لِلأَئِمَّةِ، وَأَمِيرُ الـمُؤْمِنِينَ، البَرُّ وَالفَاجِـرُ، وَمَنْ وَلِيَ الخِلافَةَ، فَاجْتَمَعَ النَّاسُ عَلَيْهِ، وَرَضُوا بِهِ، وَمَنْ غَلَبَهُمْ بِالسَّيْفِ حَتَّى صَارَ خَلِيفَةً [وَسُمِّيَ] أَمِيرَ الـمُؤْمِنِين

Poin ke 28.
"Mendengar dan taat pada para imam dan pemimpin kaum mukminin yang baik maupun yang buruk dan kepada khalifah yang manusia bersatu padanya dan meridhainya. Dan juga kepada orang yang telah mengalahkan manusia dengan pedang ( kekuatan ) hingga ia menjadi khalifah dan disebut sebagai Amirul Mukminin ( pemimpin kaum mukmin )."

Prinsip dasar menaati pemimpin ini adalah berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla pada Al Qur'an surat An Nisaa ayat 59, yang berbunyi :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."



Bagaimana Sikap Terhadap Pemimpin yang Dzalim


  ۚ إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ
أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

"Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat dzalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih." [ Asy Syura : 42 ]

Kedzaliman ada tiga macam, yaitu : 
  1. Kedzaliman kepada Allah : Syirik, maksiat dan durhaka kepada Allah. Seperti yang tercantum pada surat Luqman ayat
  2. Kedzaliman kepada sesama : Dzalim kepada manusia atau makhluk Allah lainnya ( contoh hewan )
  3. Kedzaliman kepada diri sendiri 

.... ( to be continued )

No comments:

Post a Comment